Tuhan Tidak Lupa Pada Si Zalim


May be an image of 1 person


MOHD MUKHLIS MOHD SYARIFF

Saya bukanlah orang yang suka mendoakan keburukan untuk orang lain, sebagaimana Nabi SAW tidak di utuskan sebagai pelaknat.

Daripada Abu Hurairah r.a, beliau berkata: Dikatakan kepada baginda: Ya Rasulullah, doakanlah kecelakaan kepada kaum Musyrikin. Baginda menjawab: Sesungguhnya aku tidak diutuskan sebagai pelaknat. Sesungguhnya aku diutuskan sebagai rahmat.

[Sahih Muslim, Kitab al-Birr wa al-Silah wa al-Adab, no: 2599]

Tapi bila berhadapan dengan pemimpin yang khianat, zalim dan juga Luka Ibn Luka (bodoh dan hina) , kita kena bersuara kerana itu jihad paling terbesar adalah di hadapan pemimpin yang zalim.

“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zalim.”

(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Tapi bila sudah nasihat pemimpin secara terang dan sembunyi, namum mereka masih lagi lupa dengan amanah, malahan bertambah istidraj, kita serahkan sahaja urusan mereka ini pada empunya Kerajaan Langit dan Bumi. Ingatlah, doa orang yang di zalimi tiada hijab.

“Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada hijab penghalang antara doanya dan Allah”. (Bukhari, 2448)

Dan tidak lupa juga doa pada penasihat-penasihat mereka yang jadi enabler pengkhianatan ini; besarnya jasa penasihat ini adalah seperti berjasanya Haman pada Firaun.

“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kezaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Tidak lupa juga kebesaran panji al-ghadr yang Allah SWT janji pada mereka yang berkhianat dengan amanah.

“Ketahuilah bahwa setiap pengkhianat akan membawa bendera pada hari kiamat sesuai dengan kadar pengkhianatannya, dan pengkhianatan yang paling besar adalah pengkhianatan seorang pemimpin umum”. (Ahmad, 10716)

Mereka ini menjadi golongan yang paling di benci oleh Allah SWT di akhirat.

“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)

Inilah gambaran seburuk-buruk pemimpin yang ada di muka bumi. Mereka tahu mereka tidak ada kemampuan memikul amanah, tapi hati mereka terus menerus berkhianat. Harta negara terus di jual, duit rakyat di belanja sesuka hati, buat lockdown tiada perancangan macam baru kali pertama, rakyat MATI mereka baru hendak tubuh jawatankuasa. Bila kita kata kalau tak mampu mentadbir boleh resign, itu sebenarnya nasihat dari rakyat untuk selamatkan mereka dari azab di akhirat.

Tapi mereka bertambah sombong buat keputusan tak berpandu data dan sains. Lagi banyak rakyat murung, mereka duk tambah pinjaman along berlesen. Yang hendak mencari nafkah secara halalpun di nafi hak atas alasan bukan essential, tapi kilang yang cetus 90% kluster di benar beroperasi kerana double standard.

Wahai Tuhan pemilik segala jiwa, aku sudah menyampaikan tapi mereka yang zalim ini tidak mahu mendengar. Jika apa yang di dakwa adalah satu kebenaran, maka kepada Mu aku berserah segala perhitungan. Jika kami tersilap, ampunkanlah kami sesungguhnya kami termasuk dalam golongan yang yang lalai. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pembalas.

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian”. (ad-Darimi 2677).