A poem by Daniel Speziale written in traditional Persian verse form.
Hutan menangis tanpa bersuara;
kita dicuri langit dan udara.
Manusia lawan, gaduh, salahkan:
kiamat datang pun tak nak bersaudara.
kita dicuri langit dan udara.
Manusia lawan, gaduh, salahkan:
kiamat datang pun tak nak bersaudara.
Lihat langit terbuka itu kebebasan
tapi jerebu jadikan kita tahanan,
pandangan bermimpi insan terkurung,
dipisahkan dari matahari dan perbintangan.
tapi jerebu jadikan kita tahanan,
pandangan bermimpi insan terkurung,
dipisahkan dari matahari dan perbintangan.
Dibakar monyet, dicekik burung,
dihalau pribumi, dibersihkan gunung.
Kita semua bayar dengan pernafasan,
agar beberapa ketua syarikat beruntung.
dihalau pribumi, dibersihkan gunung.
Kita semua bayar dengan pernafasan,
agar beberapa ketua syarikat beruntung.
Amat tua hutan Kalimantan.
Tapi umur tua jarang dihormatkan.
Si tamak takkan kenyang, laut akan naik;
di bawah airnya akan insan berperpaduan.
Tapi umur tua jarang dihormatkan.
Si tamak takkan kenyang, laut akan naik;
di bawah airnya akan insan berperpaduan.
[Join 9,000 other subscribers - subscribe to Aliran's free daily or weekly newsletters or both.]
© Daniel Speziale. Not to be reproduced or modified without the permission of the author.
Daniel Speziale, originally from the small Italian town of Savona, is a political science student at Leiden University in the Netherlands. In 2015-2016 he lived in Kulim and studied in Penanti Secondary School near Bukit Mertajam. Apart from Italian and English, Daniel – who is passionate about languages, the arts and history – can speak Malay, Mandarin and Tamil.
ALIRAN.COM