·
News
·
Berita
Internasional
Malaysia Panas, Anwar Ibrahim Temui Raja, Siap Jadi
PM?
NEWS
- sef, CNBC Indonesia
09 October 2020 07:30
SHARE
Foto: AP/Vincent Thian
Jakarta, CNBC Indonesia - Politik Malaysia kembali tegang.
Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mengaku akan bertemu dengan Raja pekan
depan, untuk mengambil alih kekuasaan perdana menteri dari Muhyiddin Yassin.
Ia mengatakan Raja Al-Sultan Abdullah telah setuju melakukan audiensi. Di mana
dia akan mempresentasikan dokumen dari 'suara mayoritas di parlemen' dan
meyakinkan Raja akan klaimnya atas jabatan perdana menteri.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Yang Mulia (Raja)
karena telah mengizinkan saya bertemu pada hari Selasa, 13 Oktober 2020,
Insya'Allah," kata Anwar dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters,
Jumat (9/10/2020).
Sebelumnya 23 September lalu, Anwar mengklaim pemerintahan Muhyiddin sudah
jatuh. Ia mengatakan berhasil mendapat suara dominan di parlemen.
Baca:
Ada La
Nina & Lockdown karena Covid-19, Harga CPO Turun Tipis |
Saat ini koalisi Perikatan Nasional yang dipimpin PM Muhyiddin memiliki 113
suara dari 222 suara parlemen. Namun Anwar disebut sebuah media lokal
mengamakan 123 kursi, karena beralihnya suara Partai Nasional Melayu Bersatu
(UMNO).
Klaim itu muncul kurang dari tujuh bulan setelah Muhyiddin berkuasa. Muhyiddin
menjadi PM setelah kekacauan politik yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan
Mahathir Mohamad.
Meski begitu Muhyiddin memberikan konfirmasi secara resmi bahwa dirinya masih
pemimpin pemerintahan yang sah. Klaim oposisi Anwar Ibrahim, ujarnya, masih
harus dibuktikan dengan metode Konstitusi Federal.
"Tanpa melalui proses, kenyataan (pernyataan) Datuk Sri Anwar hanyalah
dakwaan (klaim) semata .. saya Perdana Menteri yang sah, "ujarnya dalam
keterangan tertulis, dikutip dari The Star Malaysia.
Dalam perpolitikan Malaysia, Raja adalah kunci. Jika benar Anwar memiliki
dukungan mayoritas seperti yang diklaimnya, maka Yang di-Pertuan Agong, begitu
sapaan raja, akan harus memutuskan apakah bersedia mengangkat dan menyumpah
Anwar sebagai perdana menteri kesembilan atau tidak.
Jika ia tidak bersedia mengangkat Anwar atau membiarkan Muhyiddin terus
melanjutkan menjadi perdana menteri, maka Raja berhak untuk membubarkan
parlemen dan menggelar pemilu dini. Dalam kasus ini, jika Raja memilih untuk
membubarkan parlemen, maka Muhyiddin akan memiliki kemungkinan untuk menang
lagi di pemilu dan batal turun dari kursi perdana menteri.